Selasa, 07 Januari 2014

Hatiku Pun Pulang

Selamat malam hati yang rapuh.
Selamat pagi hati yang akan bangkit.
Disini, di sisa waktu yang ada, ada serpihan-serpihan yang enggan untuk menyatu.
Disaat ini, ketika dingin tak membiarkan hangat mendekap, ada hati yang menyimpan lara.
Di tempat ini, saat malam mengusir terang, ada secuil cerita tentang hati yang kau bawa. Tentang hati yang kubawa.

Kau memberikannya padaku. Aku memberikannya padamu.
Pada engkau yang kuanggap pantas membawaku ke masa yang banyak orang menyebutnya MASA DEPAN.
Pada engkau yang memeluk erat rindu dan menjadikannya pertemuan.
Ah, semua itu indah memang.
Kau ingat, aku memberikanmu sebuah hati. Hanya satu yang aku punya.
Kuberikan utuh padamu. Walau ada gores. Goresan ketika aku melewati lorong bernama MASA LALU.
Berharap kau menjaga, kau menyayangi, kau merawatnya.
Aku tak berharap kau mengembalikan. Itu untukmu.

Kini hatiku pulang.
Aku terhenyak. Mengapa banyak luka disana? Dia sakit.
Hatiku merintih. Dia kesakitan.
Kau apakan dia? Luka seperti apa yang kau berikan padanya?
Mengapa kau diam. Aku bertanya. Jawablah!

Kau datang. Kau ambil hatimu.
Aku berteriak. Aku bersikukuh mempertahankan hatimu disini.
Tapi kau memaksanya. Kau mengambilnya. Kau membawanya pergi.

Ini bukan menyerah. Bukan pula lelah.
Adakah kata menyerah untuk masa depan? Adakah kata lelah untuk yang terbaik?

Kau, di takdir-Nya yang manakah akan melebur denganku menjadi KITA?

Senin, 06 Januari 2014

Kau Sudah Pulang?

Kau sudah pulang.
Bagaimana? Kamu betah?
Hahaha.. kenapa aku bertanya seperti ini? Sudah barang tentu kamu nyaman. Itu kan rumahmu. Tempat kamu harusnya kembali.
Bukan disini. Bukan disisiku. Bukan di hatiku.

Toh ketika aku memaksakan dirimu untuk tetap di rumahku, kau hanya duduk manis di teras.
Kau tidak sungguh-sungguh masuk.
Mungkin saja saat itu sedang hujan. Hingga kau hanya berteduh di rumahku.

Tak ingatkah kau, hujan membiarkan kita berbicang tentang indahnya kita.
Hujan membiarkan hati kita saling menghangat dalam kasih.
Hujan membiarkan mata kita memandang ke arah yang sama. Cinta.


Sekarang hujan pergi, hujan reda, dan kau pergi.

Hah! Aku bisa apa? Dengan kuasa apa aku mampu menahanmu?
Sedangkan kau memaksakan diri untuk pergi.

Jumat, 03 Januari 2014

Aku, Wanitamu. Kau, Priaku.

Ini Aku. Kau lupa?
Aku yang hadir untuk membalut lukamu. Membasuh segala rasa hampa dalam hidupmu.
Aku hanya wanita biasa. Hahaha.. Jangan perlakukan aku luar biasa jika memang itu tak pantas bagiku.
Aku jauh dari sempurna. Itu kodratku. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Tak ada!
Aku yang akan menemanimu sekarang hingga nanti.
Aku yang akan kau genggam tanganku. Bersama menggapai segala asa. Bersama melewati segala kesah. Hingga kau lupa apa itu lelah.
Aku yang memegang tanganmu, meletakkan di keningku. Dan hangat kecupmu di keningku kurasakan begitu hangat.
Indah sayang. Kau Indah. Ah, tidak. Kata-kata seperti apa yang sanggup menuliskan keindahanmu. Bahasa makhluk seperti apa yang sanggup menggambarkanmu, ciptaan-Nya yang indah.

Itu Kau, Sayang. Taukah kau?
Kau pria yang selalu hadir di pikiranku.
Kau pria yang kusebut namanya dalam tiap doaku.
Kau pria yang membuatku mengerti, mencintai itu sebuah pengorbanan. Pengorbanan untuk meninggalkan hal yang buruk sekalipun kau menjadi orang yang berbeda. Bukankah menjadi baik itu suatu keharusan?
Kau pria yang membuatku ingin menjadi pendampingmu.
Kau, PRIAKU!

Sayang, sekarang ijinkan aku mengatakan.
Cukuplah aku menjadi bayang masa lalumu.
Cukuplah aku menjadi pengganti masa lalumu.
Cukuplah aku menjadi sebagian dalam hatimu.
Aku datang untuk menjadi UTUHMU.
Dengarkan aku, Aku datang untuk kelak menjadi penyempurna ibadahmu. Aku datang untuk menggenapkan tulang rusukmu. Aku datang untuk menjadi AKU!
Bukan menjadi pengganti masa lalumu.
Aku, INA, datang, mencintaimu, menyayangimu sebagai INA yang mendampingimu. Mendampingi Abangku.

Sudahlah sayang, aku tak ingin berlarut-larut.
Aku hanya ingin menjadi wanita setelah ibu dan saudara wanitamu yang kelak menjadi tanggung jawabmu di akhirat.
Aku tak akan memberatkanmu. Aku tak ingin kau terbebani.
Aku akan menjadi wanita baik untukmu. Untuk duniamu. Untuk akhiratmu.

Priaku, apakah kau mengerti?

Salam rindu dariku, Wanitamu.